Resensi
PAHLAWAN DEVISA
Sang Pahlawan Devisa
Judul Buku : Burung- Burung Migran
Pengarang : Miranda Harlan & Sutik A.S
Editor : Kurnia Efendi
Penerbit : Qanita
Tahun Terbit : 2011
Sutik seorang perempuan, ibu lima anak yang memiliki keinginan mencari suami keempatnya di Malaysia. Alasan lainnya ia harus membayar hutang dan biaya sekolah anak – anaknya. Yamin, suami Sutik, meninggalkannya tanpa pesan. Tidak ada yang salah dengan jalur yang Sutik pilih, lewat Perusahaan Jawatan Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) ia mendaftar sebagai calon TKW dengan membayar biaya pendaftaran modal pendaftaran Rp. 150.000. Sutik berangkat dari Pasuruan, Jawa Timur pada tahun 1988.
Dari Kisah Sutik, kenyataan pahit yang dapat Anda ketahui bahwa sejak Sutik dan buruh migran lainnya keluar dari rumah, hak asasi mereka telah direnggut. Bus yang mengantar Sutik ke daerah Sumatera, dinaiki puluhan laki – laki buas dan haus seks ditengah perjalanan. Mereka diperlakukan seperti hewan, Sutik dihadapkan oleh dilema yang terpaksa harus menerimanaya meski sebenarnya Sutik ingin berontak. ‘’ Aku menolak dan menutupi tubuhku, dengan lengan. Tapi mereka tidak menyerah, pernah sesekali aku memelototi seseorang sebab diam-diam dia membuka retsleting celananya dan menempelkan ‘’ belalainya’’ ke tubuhku. Aku ingin meninju mukanya yang memuakkan tapi akal sehatku memaksaku untuk diam pdahal aku meraung dalam hati...........hal. 60. ‘’ Bisa dikatakan, tidak ada jalan keluar selain meladeni hawa nafsu para lelaki tersebut. Tidak hanya itu Sutik, mengisahkan dirinya diperkosa oleh duapuluh..dua puluh!!! laki – laki dalam sebuah rumah minum di Tanjung Pinang. Sutik tak sadar, dijual oleh pengurus penampungan TKW sebelum mereka bertolak ke Penang.
Selain kekerasan seksual yang dialami Sutik di negara sendiri, agen TKW juga memalsukan identitasnya termasuk memotong upah bekerjanya selama enam bulan untuk membayar biaya adminitrasi dan keberangkatan Sutik. Ia memang tidak mengalami penyiksaan oleh majikan selama bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Beruntung Sutik bekerja pada majikan keturunan Tionghoa.
Namun bukan berarti kemalangan lain tidak terjadi pada dirinya, ia merelakan dirinya menjadi “ayam” untuk membiayai pengobatan teman sesama TKW dari Indonesia. Tak tanggung – tanggung, sehari melayani puluhan laki – laki untuk mendapatkan 1400 ringgit dalam seminggu. Gila benar. Apalagi temannya si Sumiati itu tak tahu berterima kasih. Malang bagi Sumiati akhirnya, yang tewas dengan payudara rusak. Sum mengalami siksa, menjadi korban kekerasan seksual. Sutik menjadi tahanan selama setahun lebih karena tertangkap menyimpan ganja. Sutik terjebak oleh ulah temannya. Nasib buruk bagi buruh migran disekitar Sutik, menjalani hukuman mati.
Mungkin baiknya Anda membaca kisah Burung – Burung Migran ini, agar menilai sendiri mengapa sekembalinya ke tanah air Sutik jadi “mami”. Ia membantu perempuan – perempuan menjadi pekerja seks di Tretes. Sutik membantu perempuan – perempuan tersebut untuk mendapatkan kemandirian ekonomi. Dengan tengat waktu dan aturan yang jelas, mereka harus berhenti, membawa penghasilan yang banyak dan kembali kepada suami atau keluarga demi membangun ekonomi rumah tangga mereka. Pahit rasanya.
Bagaimana dengan Yamin? Lalu bagaimana Sutik bisa bertemu dengan kawan – kawan dari ICDHRE Jombang untuk menjalankan program pemberdayaan perempuan? Miranda memang benar “ gagasan – gagasan dalam buku ini akan membantu kita untuk mengingat : betapa pentingnya merasa merdeka sejak dalam jiwa dan pikiran. Setidaknya, untuk menjadi penawar atas defisit rasa kemerdekaan dalam diri orang per orang. Jika pemerintah kita berpikir, bertindak merdeka maka dapat mengubah posisi tawar buruh migran di Indonesia. Paling tidak, untuk tidak lagi menganggap mereka semata – mata sebagai pahlawan devisa”
Novel yang sarat nuansa dilematik ini mempunyai beberapa hal yang gemilang : menceritakan kisah pribadinya dengan jujur tanpa pretensi dan memaparkan pergolakan batin para tokoh dengan detail tanpa harus bertele-tele meski sebenarnya tabu untuk diceritakan. Miranda Harlan & Sutik A.S. Penulis novel ini mengajak kita masuk kedunia para TKW dan membuat kita mengerti makna mendalam tentang perjuangan hidup yang harus dihadapi para tokoh di negeri yang bukan negeri mereka tanpa menggurui. Penulis yang suka buat puisi dan prosa saat galau ini memiliki kemampuan yang hampir sama dengan penulis novel ternama ‘’ Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk’’ : menggunakan bahasa ringan tapi ‘’ Cespleng ‘’ yang mudah dimengerti tanpa kehilangan keindahan bahasa, lewat bahasa yang tertata tapi bernas. tetap sastra. Namun tidak pop. Tidak berat, namun juga tidak terlalu ringan. Komposisi yang pas untuk membuat sebuah bacaan yang menyenangkan.
Berbagai permasalah yang dialami si penulis dideskripsikan secara mendetail tanpa terkesan berlebihan. Simaklah ‘’ Mereka mengarakku ke satu-satunya bilik berdipan bambu dirumah redup itu. Menjadikanku dewi pemujaan dan hewan persembhan sekaligus. Mereka takpernah bertanya lagi, kecuali kepada satu dan lainya tentang kapan giliran mereka. Pintu bilik tertutup dan terbuka, laki-laki berbaris dimukanya, menunggu dengan ludah membanyak dimulut mereka. Orang-orang itu seperti raksasa bertopeng babi hutan, napasnya mendengus mengembuskan bau amis, dan liurnya meleleh di taring-taring, seperti lilin yang kalah oleh api. Moncong mereka cerewet bertanya tanya begitu riuh. Begitu gaduh. Tenang . Tenang! Semua akan dapat giliran.’’( Hal. 117 ). Suasana yang menegangkan saat si Sutik diperkosa beramai-ramai oleh duapuluh!!! Laki-laki dirumah minum di Tanjung Pinang .
Sosok ibu Sutik dalam ‘ novel biografis’ ini menjadi penting ; untuk sebuah zaman disaat tak banyak lagi orang yang memiliki jiwa dan pikiran merdeka, yang memiliki kesadaran akan hak untuk menentukan pendapat dan pilihan hidupnya sendiri, tanpa merasa terganggu oleh kontruksi norma dan ikatan hukum dalam sistem sosialnya.
Cerita dalam novel ini memang banyak dibangun oleh flasback-flasback yang juga sanagat detil. Sayang terkadang terlalu detil dan bertumpuk sehingga dapat menimbulkan kebingungan tentang alur waktu. Terlepas dari itu semua novel ini tetap cocok dan baik untuk menambah wawasan anda tentang sastra Indonesia. Nikmatilah dan akan mengerti tentang makna ‘Merdeka’ yang sebenarnya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar